Monday, December 23, 2019

Contoh soal partograf dan cara pengerjaannya

Masih bingung mengerjakan soal partograf ? Ribet karena banyak yang harus di kerjakan ?

Nah kali ini holistik ners akan membagikan cara mengerjakan soal partograf dengan mudah. Pada initinya mengerjakan soal partograf hanya memindahkan dari soal ke lembar partograf dengan menggunakan simbol-simbol tertentu.

Poin penting yang wajib diketahui untuk mengisi lembar partograf adalah pembukaan serviks. Anda boleh mengisikan di lembar partograf saat masuk fase aktif persalinan atau saat pembukaan serviks 4cm sampai 10 cm. Jika pembukaan baru 3 cm tidak dianjurkan untuk menuliskannya di lembar partograf.

Yuk langsung saja simak penjelasannya di bawah ini

Contoh Soal
Ibu N hamil anak kedua 39 minggu datang ke RS pkl 10.00 dengan keluhan sudah pecah selaput ketuban sejak pukul 8. Saat ini ibu kesakitan menahan sakit saat kenceng-kenceng datang. Hasil pemeriksaan TD 130/70 mmHg, Nadi 84x/mnt, suhu 37 C, penurunan kepala 2/5, His 3X/10 mnt selama 30 detik, DJJ 142x/mnt, pembukaan serviks 4 cm, ketuban jernih, moulase +
10.30: his 3kali/10 menit lama 35”, TD 120/80 mmHg, nadi 86 kali, RR 22 kali
11.00: his 3x/10’, 40”
11.30: his 3x/10’, 40”
12.00: his 3x/10”, 45”
12.30: his 3x/10’, 50”, ibu mengeluh ingin BAB dan tidak kuat menahan dorongan anak
Pada saat his terlihat kepala janin dari kemaluan ibu
13.00 lahir bayi laki-laki BB 3200 49 cm


Langkah-langkah mengerjakan partograf

1. Langkah pertama yang harus di kerjakan adalah mengisi data identitas

a. Identitas ibu meliputi no registrasi, nama ibu dan umurnya
Pada soal hanya diketahui inisial dari Ibu N
b. Status obstetrik
Pada soal Ibu N hamil anak kedua 39 minggu sehingga G 2 karena klien mengandung ke dua kali, P 1 karena baru melahirkan 1 kali, A 0 karena tidak ada data abortus/ keguguran dalam soal
c. Kunjungan bersalin
Tuliskan nomor puskesmas dan alamatnya jika terdapat dalam soal. Selain itu tanggal dan jam kedatangan ke tempat bersalin perlu diisi
Pada soal Ibu N datang ke RS pkl 10.00
Kondisi ibu sebelum dibawa ke tempat bersalin
d. Kapan pertama kali ketuban pecah dan kapan klien merasakan mules ?
Pada soal sudah pecah selaput ketuban sejak pukul 8.

2. Langkah ke dua isi bagian kemajuan persalinan, meliputi Pembukaan serviks, Penurunan kepala dan Kekuatan his

a. Pembukaan Serviks
Pengisian lembar partograf dimulai dari fase aktif persalinan atau saat pembukaan serviks 4 cm sampai 10 cm. Observasi pembukaan serviks setiap 1 jam dan minimal terjadi pembukaan 1 cm per jam.
Untuk pengisian di lembar partograf  beri tanda silang yang bersinggungan dengan garis waspada sesuai dengan angka pembukaan serviks. Lalu tuliskan jam saat pembukaan serviks terjadi di kolom waktu dalam satuan jam
Pada soal pembukaan serviks 4 cm pada jam 10.00 sehingga diberi tanda x di angka 4 yang bersinggungan dengan garis waspada dan tulis jam 10.00 pada kolom waktu
b. Penurunan kepala
Penurunan kepala bayi diukur dengan jari di atas simfisis (perlimaan). Penurunan kepala biasa ditulis 0/5, 1/5 dan seterusnya sampai 5/5. tanda O digunakan untuk menandakan penurunan kepala di partograf.
Pada soal penurunan kepala 2/5 pada jam 10.00 sehingga beri tanda O pada angka 2 sejajar dengan pembukaan serviks
Kekuatan his/ kontraksi
c. Kontraksi atau his dihitung dalam 10 menit. Angka 1-5 pada bagian kontraksi menunjukkan jumlah kontraksi yang terjadi selama 10 menit. Di lembar partograf di tandai dengan simbol sesuai dengan jumlah kontraksi dan isi sesuai jumlah kontraksi yang terjadi dalam 10 menit tersebut.

  • Jika kontraksi dalam 10 menit lamanya < 20 detik maka beri tanda titik-titik
  • Jika kontraksi dalam 10 menit lamanya 20-40 detik maka beri tanda garis-garis
  • Jika kontraksi dalam 10 menit lamanya > 40 detik maka beri tanda block atau diarsir penuh

Isi terlebih dahulu kolom yang sejajar dengan pembukaan serviks. 1 kotak kecil menunjukkan waktu 30 menit.
Pada soal jam 10.00 His 3x/10 mnt selama 30 detik
10.30: his 3kali/10 menit lama 35”
11.00: his 3x/10’, 40”
11.30: his 3x/10’, 40”
12.00: his 3x/10”, 45”
12.30: his 3x/10’, 50”

3. Isi bagian Keadaan janin meliputi denyut jantung janin, Air ketuban dan Moulage kepala janin

a.Denyut jantung janin
DJJ normal dalam rentang 120-160x permenit. DJJ diisi dengan tanda titik sesuai dengan hasil perhitungan DJJ dan diisi sesuai waktu pengukurannya.
Dalam soal jam 10.00 DJJ 142x/mnt
b. Air ketuban
Simbol huruf digunakan untuk menandakan keadaan ketuban
U (Utuh) : Ketuban masih utuh
J (Jernih) : ketuban sudah pecah dan berwarna jernih
M (Mekonium): Ketuban sudah pecah dan bercampur dengan mekonium
D (Darah) : Ketuban sudah pecah dan bercampur dengan darah
K (Kering) : Ketuban sudah pecah dan sudah tidak mengalir lagi
Pada soal jam 10.00 ketuban jernih berarti beritanda huruf U pada kotak jam 10.00 atau sejajar dengan pembukaan serviks
c. Penyusupan kepala (moulage)
Penyusupan kepala janin dapat menunjukkan keadaan dari ukuran panggul ibu
Penyusupan kepala dilambangkan dengan nomor atau tulisan +
0 : tulang-tulang kepala atau sutura terpisah
1/+ : tulang-tulang  kepala berdekatan atau menempel
2/++ : tulang-tulang kepala  tumpang tindih tetapi masih bisa dipisahkan
3/+++ : tulang-tulang kepala tumpang tindih tetapi tidak bisa dipisahkan
Pada soal  jam 10.00 moulase + /1 berarti sutura saling berdekatan. Jadi lembar partograf diisi dengan angka 1 sesuai dengan jam pemeriksaanya. Jika teman-teman menemukan di soal, moulase + atau ++ itu sama saja dengan angka.

4. Isi bagian keadaan ibu meliputi tanda vital, keseimbangan cairan dan keadaan urin

a.Tanda-tanda vital ibu

  • Nadi : diisi dengan tanda titik.

Pada soal jam 10.00 nadi 84x/menit dan jam 10.30 nadi 86x/menit

  • Tekanan darah : diisi dengan dua anak panah yang di hubungkan dari sistole dan diastol

Pada soal pada jam 10.00 tekanan darah 130/70 mmHg dan jam 10.30 tekanan darah 120/80 mmHg

  • Suhu : diisi dengan angka sesuai pengukuran suhu tubuh

Pada soal suhu 37 C sehingga pada kotak suhu kita tuliskan angka 37 C

b. Keseimbangan cairan
Tuliskan pada partograf bila mendapat tambahan cairan seperti infus atau persalinan dengan induksi (pemberian oksitosin). Pada soal tidak didapatkan informasi tentang tambahan cairan jadi biarkan dikosongkan saja.
c. Urin
Jika terdapat hasil pemeriksaan urin tuliskan pada kolom urin, pemeriksaan meliputi volume, adanya protein dan aseton pada urin. Pada soal tidak terdapat data tentang urin jadi biarkan kosong

5. Tuliskan kelahiran bayi
Jika semua data dalam soal sudah tertulis dalam partograf maka selanjutnya tuliskan kelahiran bayi.
Tentukan apakah persalinannya normal atau ada penyulit. Persalinan normal jika pembukaan serviks berada di atas garis waspada.
Pada soal jam  13.00 lahir bayi laki-laki BB 3200 49 cm
Jadi dapat ditulis. Jam 13.00 persalinan spontan
Bayi laki-laki
BB 3200gr/ 49 cm 

mudah bukan mengisi lembar partograf ? jadi sebelum mengisi lembar partograf pastikan dahulu permbukaan serviks minimal 4 atau masuk ke fase aktif persalinan.

Tuesday, December 17, 2019

Prinsip Komunikasi pada Penderita Waham


Komunikasi sangat diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan berkomunikasi seseorang bisa menyampaikan maksud dan tujuannya. Hal yang dahsyat dari komunikasi adalah komunikasi dapat menyembuhkan seseorang dari penyakit. Dengan berkomunikasi kita bisa membantu menyadarkan seseorang dari pikiran-pikiran yang tidak benar.

Waham adalah keyakinan yang salah yang tidak dapat dibenarkan dengan kenyataan. Seseorang meyakini suatu yang menurutnya benar tetapi tidak bisa di jelaskan dengan logika atau seseorang tidak mampu membedakan lamunan dan kenyataan. Orang dengan waham terjadi gangguan pada isi pikirnya. Pemikirannya berbeda dengan orang normal pada umumnya. Orang dengan waham sangat menyakini bahwa pemikirannya itu benar dan berusaha mengungkapkannya berulang-ulang agar orang lain juga mempercayainya.

Ketika kita dihadapkan dengan klien yang memiliki gangguan jiwa kita harus berhati-hati dalam berkomunikasi. Komunikasi yang salah justru tidak akan menyelesaikan permasalahan yang klien miliki
Waham itu keyakinan yang salah dalam diri seseorang. Keyakinan seseorang tidak semudah itu untuk kita ubah. Ada beberapa cara yang benar-benar harus diperhatikan dalam mengubah keyakinan seseorang. Untuk itu diperlukannya teknik komunikasi yang bertujuan untuk mengubah cara pandang seseorang dengan waham. Minimal wahamnya akan berkurang.

Seseorang berkata pada pada wanita paru baya yang menggunakan baju serba baru “baru kali ini anda memakai baju baru” wanita paru baya pun menjawab “aku ini artis baru, sudah jadi idola banyak orang jadi aku harus selalu pakai baju baru biar penggemarku banyak yang  suka” lalu seseorang pun berkata lagi “ mana mungkin orang sepertimu menjadi artis, kamu hanya bisa mengkhayal”

Ketika berbicara dengan klien waham apa yang harus kita lakukan? apakah membenarkan wahamnya atau justru melawan wahamnya?
Tidak kedua-duanya !!

Prinsip komunikasi dengan pasien waham
·          Tidak mengikuti atau membenarkan wahamnya
Contoh :
X : Mbak saya ini nabi loh
Y : Oh iya hebat, bagaimana ya biar saya bisa masuk surga ?

Harusnya
X : Mbak saya ini nabi loh
Y : Setahu anda nabi terakhir itu siapa ?
X : Nabi Muhammad
Y : Ya benar. Nabi Muhammad nabi terakhir jadi tidak ada lagi nabi-nabi setelah nabi muhammad

·         Tidak melawan wahamnya
Contoh :
X : Saya ini presiden di republik ini
Y : Mana mungkin orang seperti anda presiden. Anda itu pasien di rumah sakit jiwa ini bukan presiden

Harusnya
X : Saya ini presiden di republik ini
Y : Biasanya seorang presiden itu tempat kerjanya dimana
X : Di istana presiden lah
Y : Iya benar tetapi bapak ini berada di rumah sakit jiwa, Coba lihat foto itu (foto presiden) beliau adalah presiden kita saat ini yang menjabat dari tahun 2019-2024. Presiden itu ada 1 di setiap negara

Berkomunikasi dengan pasien waham tidak boleh membenarkan wahamnya maupun melawan wahamnya. Lalu apa yang harus di lakukan ? Ya kita hanya perlu untuk mengembalikan orientasi dari pasien tersebut.

Saya berikan contoh lagi di bawah ini
X : Saya ini sudah meninggal mbak, tidak lagi hidup di dunia
Y : Menurut bapak bagaimana ciri-ciri orang yang masih hidup ?
X : Ya bernapas, makan  dan minum
Y : Benar, coba bapak tempelkan jari di bawah hidung bapak, apakah terasa ada hembusan pak ?
X: Iya
Y :Tadi pagi bapak sudah makan ?
X :Sudah
Y : Nah jadi kalau bapak masih bernpas dan asih makan itu tandanya bapak masih hidup

Berkomunikasi dengan pasien waham dapat menggunakan strategi pelaksanaan
SP 1 :Mengkaji waham yang di alami oleh klien dan mengajarkan kepada klien apa itu waham bersamaan dengan mengembalikan orientasi
SP 2 :Mengajarkan kepada klien pentingnya meminum obat dengan prinsip 5 benar dan mengajarkan efek jika putus obat
SP 3 :Mengidentifikasi kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi
SP 4 :Mengidentifikasi kemampuan positif dan mempraktikkannya

Jadi komunikasi pada penderita waham tidak mengikuti wahamnya dan tidak juga melawan wahamnya. Kita perlu mengembalikan orientasi penderita pada kehidupan yang nyata. 




Thursday, December 12, 2019

Penjelasan Alur Resusitasi Neonatus LENGKAP

Bayi baru lahir tidak selalu menangis saat pertama kali dilahirkan. Apakah hal tersebut wajar atau bahkan sampai mengancam nyawa?

Kondisi tersebut bisa termasuk dalam kegawatdaruratan neonatus. Kegawatdaruratan neonatus adalah situasi yang membahayakan bayi sehingga diperlukan evaluasi dan manajemen yang tepat. Pertolongan cepat dan tepat sangat dibutuhkan untuk menghindari kerusakan yang lebih lanjut serta tidak mengganggu tumbuh kembang anak di kemudian hari. Seorang bayi dengan tanda bahaya merupakan masalah yang serius. Satu tanda bahaya yang tidak terdeteksi maka akan menimbulkan kegawatan pada masalah lainnya.

Penjelasan selengkapnya bisa dilihat di link ini https://youtu.be/bgWrw9igCgs

Ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan guna menindaklanjuti jika ada tanda kegawat daruratan pada neonatus. Berikut adalah bagan penatalaksanaan kegawatdaruratan neonatus 

A. Pertama kali yang harus dilakukan adalah menilai bayi baru lahir. Penilaian dapat menentukan tindakan selanjutnya yang akan di berikan. Penilaian meliputi :

1. Apakah cukup bulan? Penilaian ini untuk membedakan antara bayi cukup bulan dengan bayi prematur. Karena bayi yang cukup bulan berbeda dengan bayi prematur.

2. Apakah amnion jernih? Jika amnion bersih berarti tidak bercampur dengan mekonium sehingga kemungkinan obstruksi jalan napas pada bayi kecil. Tetapi jika badan bayi kotor karena bercampur mekonium kemungkinan bayi telah menghisap mekonium yang menghambat jalan napas sehingga bayi kesulitan dalam bernapas. Suction diperlukan jika ada sesuatu yang menghambat jalan napas

2.  Apakah bayi menangis atau bernapas? Cek apakah ketika bayi dilahirkan menangis spontan atau tidak. Ketika bayi menangis pasti bayi tersebut bernapas. Jika tidak menangis cek pernapasan dengan melihat pergerakan perut dan dadanya. Apakah pola napasnya normal atau tidak ?

3. Apakah tonus otot baik? Tonus otot dapat dilihat ketika dilahirkan bayi tersebut terdapat kontraksi pada ototnya dapat diamati dari pergerakan tangan atau kaki. Kondisi bayi yang baik adalah ketika dilahirkan gerakannya aktif

4. Apakah warna kulit kemerahan? Warna kulit dapat menilai saturasi oksigen dalam tubuh bayi. Warna kemerahan berarti bayi cukup oksigen karena peredaran darahnya lancar diseluruh tubuh. Sedangkan jika kulit bayi ada sianosis pada ekstremitas maka di curigai aliran darah dan oksigen tidak ade kuat sampai ke perifer tubuh. Hal yang berbahaya jika terdapat sianosis pada daerah mulut karena menunjukkan pada bayi tersebut ada permasalahan pada jantung

B. Setelah langkah pertama selesai dinilai lanjut pada langkah selanjutnya yaitu 

1. Jika bayi sehat lanjut pada perawatan rutin yaitu menghangatkan, membersihkan jalan napas, mengeringkan
2. Jika salah satu tadi pertanyaan diatas tidak maka lanjut ke bagan dibawahnya

a. Menghangatkan
Bayi di letakkan pada tempat yang hangat biasanya pada infant warmer yang bertujuan untuk mencegah hipotermi pada bayi

b. Posisikan
Mengatur posisi bayi dapat membuat jalan napas bayi terbuka agar dapat bernapas dengan maksimal. Cara memposisikan bayi terlentang dengan memberi bantalan pada bahu bayi sehingga posisi jalan napas terbuka. Namun yang harus diperhatikan adalah jangan terlalu memberikan bantalan yang terlalu tinggi karena akan menutup jalan napas bayi

c.Membersihkan jalan napas
Jalan napas  bayi harus dalam keadaan yang adekuat berarti tidak ada sesuatu yang menghambat jalan napas. Jika terdapat sumbatan pada jalan napas misal tersumbat oleh mekonium atau cairan lainnya harus segera di bebaskan. Suction digunakan untuk membebaskan jalan napas bayi dari sumbatan.

d. Keringkan, Rangsang taktil dan reposisi 
Tubuh bayi dikeringkan dengan menggunakan kain kering atau handuk. Ganti kain yang basah dengan kain yang kering. Sembari mengeringkan, bisa juga dengan menggosok-gosok punggung bayi sebagai rangsangan taktil. Selain menggososk-gosok punggung rangsang taktil juga dapat di stimulasi dengan menyentil dengan lembut di telapak kaki bayi. Setlah itu reposisi kembali pada posisi yang sudah dijelaskan di atas.

C. Setelah itu evaluasi 

1. Cek pernapasan bayi
Lihat pergerakan perut dan dada. Apakah ada gerakan naik turun atau ada tanda-tanda bayi bernapas. Bisa juga dengan menggunakan stetosop untuk mengetahui suara napas bayi

2. Frekuensi jantung
Hitung frekuensi jantung dalam 1 menit. Frekuensi jantung dapat dihitung  dengan menempelkan stetoskop di iktus cordis (Ics 4/5). 

3. Warna kulit
Lihat apakah warna kulit kemerahan atau ada sianosis. Sianosis  atau warna kebiruan dapat di lihat pada ekstremitas atas maupun bawah. Tetapi bisa juga di lihat dari bagian mulut jika pada bayi tersebut ada masalah pada jantungnya. Jika kemerahan artinya bayi tersebut tercukupi kebutuhan sirkulasi dan oksigenasinya.

D. Setelah itu jika frekuensi jantung kurang dari 100 atau bayi apnu (tidak bernapas) 
Berikan VTP (ventilasi tekanan positif) sebanyak 20-30x selama 30 detik. Jika sudah evaluasi kembali dengan mengevaluasi frekuensi jantung, pernafasan dan warna kulit. 

E.Jika bayi kekurangan oksigen yang ditandai dengan sianosis atau nilai saturasi oksigennya rendah. Maka pemberian VTP di tambah dengan bantuan oksigen 

F. Jika frekuensi jantung 60x lanjut pada step berikutnya yaitu dengan melakukan VTP dan kompresi dada. Perbandingan pemberian kompresi dan ventilasi adalah 3:1 selama 30 detik jadi selama 30 detik sebanyak 45 kompresi : 15 ventilasi.
Lokasi kompresi dada dapat ditentukan dengan menarik garis imajiner diantara 2 papila mamae di bawah garis tersebut atau di 2/3 sternum

G. Jika pemberian VTP dan kompresi dada hasil evaluasi frekuensi jantung masih di bawah 60x maka bayi tersebut diberi epinefrin untuk membantu jantung berdetak. Pemberian epinefrin bisa melalui IV atau selang ETT yang sudah terpasang sebelumnya. Setelah di berikan epinefrin lakukan kompresi dan ventilasi kembali kemudian evaluasi kembali

H. Jika hasil frekuensi jantung 60 x permenit, maka di lanjut dengan pemberian VTP sebanyak 20-30 x per 30 detik. Kemudian evaluasi kembali

I. Setelah bayi mulai bernapas dengan efektif dan frekuensi jantungnya lebih dari 100x maka bayi dilakukan perawatan setelah resusitasi

Ikuti alur dari bagan tersebut. Jika tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan maka rujuk bayi ke NICU.

Bagaimana ? mudah bukan mempelajari kegawatdaruratan neonatus ? acuan penatalaksanaan bisa melihat dari bagan yang sudah dijelaskan diatas. Evaluasi disetiap tindakan harus dilakukan untuk menilai apakah tindakan yang dilakukan efektif. Selain itu harus diperhatikan juga terkait kondisi bayi jika sudah menampakan keberhasilan dari resusitasi. 

Wednesday, November 13, 2019

Contoh Stategi Pelaksanaan SP 1 Isolasi Sosial beserta Teknik Komunikasi Lengkap


STATERGI PELAKSANAAN
ISOLASI SOSIAL
A.     TAHAP PRE INTERAKSI
1.      Proses Keperawatan
a.      Kondisi Klien:
Ny. F (30 tahun) dirawat di rumah sakit pelita dengan diagnosa medis epilepsi. Klien tampak menyendiri dan tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain. Ny. F mengatakan orang-orang menjauhinya karena penyakit yang dideritanya sehingga membuat Ny. F malu berinteraksi dengan orang lain. Keluarganya mengatakan bahwa sudah 5 hari klien mengurung diri di kamar setelah kejang-kejangnya kambuh di hadapan banyak orang.
b.      Diagnosa  Keperawatan:   Isolasi sosial
c.       Intervensi: Mengidentifikasi interaksi dan mengajarkan cara berkenalan

2.      Tujuan interaksi :
a.    Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b.   Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c.    Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang lain.
d.   Klien dapat melaksanakan hubungan social berkenalan dengan satu orang.
e.    Klien dapat memasukkan latihan berhubungan dengan orang lain kedalam jadwal harian
f.     Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.

3.      Tindakan keperawatan.
a.  Membina hubungan saling percaya.
b.  Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c.  Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d.  Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e.  Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f.  Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.

4.      Setting : Interaksi dilakukan di kamar pasien di ruang rawat inap rumah sakit.

5.      Alat/ bahan/media :
a.       Catatan harian
6.      Metode :
a.       Curah pendapat
b.      Diskusi
c.       Tanya jawab
B.       TAHAP ORIENTASI
1.      Salam terapeutik
P         : “Selamat pagi bu. Perkenalkan saya Ners indah. Masih ingat dengan saya bu ? Saya yang bertugas untuk merawat ibu pada pagi hari ini. Sebelumnya benar ya dengan bu Fahrun?”
K        : “Iya benar”
2.      Evaluasi/validasi
P          : “Bu Fahrun bagaimana kabarnya hari ini ?” (pertanyaan terbuka)
K         : “Saya merasa bosan ners”
P          : “Apa yang menyebabkan ibu merasa bosan ?” (eksplorasi)
K         : “Saya hanya menghabiskan waktu hanya duduk disini sendirian”
P        : “Apa ibu menghabiskan waktunya untuk menyendiri bu, tidak berinteraksi dengan orang lain yang ada di sini ?” (menyimpulkan)
K         : “Iya saya tidak mau berbicara dengan orang lain”
P     : “Hmm..begitu ya bu” (mendengar pasif). Tadi saya perhatikan juga ibu terlihat menyendiri.” (observasi) 
3.      Kontrak : topik/ tujuan, waktu dan tempat
P         : “Baiklah bu, bolehkan saya di sini untuk menemani ibu ? (menawarkan diri)
K        : (Mengangguk-anggukan kepala)
P        : Bagaimana jika kita berbincang-bincang tentang penyebab ibu menyendiri dan belajar cara berkenalan dengan orang lain bu, Tujuananya Agar ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.(menawarkan informasi)   
K         :  (Mengangguk-anggukan kepala)
P          : “Waktunya sekitar 20 menit bu, bagaimana bu, apakah ibu bersedia”
K         : “Iya boleh “
P          : “Ibu ingin kita berbincang-bincang dimana bu ?”
K         : “Di sini saja ners”
P          : “Baiklah kita berbicang-bincang disini ya bu sekitar 20 menit”
C.      TAHAP KERJA
P          : “Selama dirawat di rumah sakit ini kira-kira apa yang ibu rasakan?” (pertanyaan terbuka)
K         : “Saya merasa kesepian sus. “
P          : “Mengapa ibu merasa kesepian disini ?” (eksplorasi)
K         : “Saya hanya sendirian disini. tidak ada orang lain yang mau menemani saya. Semua orang menghindari saya sejak saya menderita epilepsi ini.”
P          : “Ibu melakukan pengobatan epilepsi secara teratur bu ?” (pertanyaan tertutup)
K         : “Ya”
P         : “Bagus bu kalau begitu. Ibu tadi mengatakan merasa kesepian ya (mengulang), tetapi di ruangan ini ibu punya banyak teman (menghadirkan realita), apakah ibu pernah mengajak ngobrol ?” (klarifikasi)
K         : “Tidak.”
P          : “oh begitu ya bu, Ibu kalau di rumah paling dekat dengan siapa ?” (eksplorasi)
K         : “Ibu”
P          : “Kalau dirumah sakit ini ada yang dekat dengan ibu ?”
K         : “Tidak ada, saya juga tidak kenal dengan orang yang ada di ruangan ini.”
P       : “Apa yang menyebabkan ibu fahrun tidak mempunyai teman dan tidak mengobrol dengan teman-teman yang ada disini ?” (eksplorasi)
K         : “Saya ragu untuk bergaul dengan orang lain. Karena kebanyak orang menjauhi saya saat tahu saya menderita epilepsi. Jadi saya lebih suka menyendiri”
P         : “Sebenarnya menyendiri itu tidak apa-apa bu, asalkan tidak dalam jangka waktu yang lama. Tetapi lebih baik lagi kalau berinteraksi dengan yang lainnya” (asertif). “Menurut ibu berinteraksi dengan orang lain itu penting tidak ?”
K         : “Penting sih”
P          : “Penting ya bu. Ibu fahrun tahu tidak keuntungannya kalau kita berinteraksi dengan orang lain?”
K         : “Tahu, Ada teman yang diajak mengobrol biar tidak sepi”
P          : “Wah benar. Kemudian apa lagi ?(memberikan petunjuk umum)
K         : “Bisa saling menolong dan menghibur”
P        : “Iya bu betul sekali, ternyata ibu pandai ya. (memberikan penghargaan) Nah apa kerugian jika hanya menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain bu ? coba ibu sebutkan apa saja ?.” (eksplorasi)
K        : “Sendirian, kesepian, tidak ada teman untuk mengobrol, tidak ada yang menghibur dan cepat bosan jika hanya sendirian.”
P      : “Jadi lebih banyak keuntungan berinteraksi dengan orang lain atau kerugian jika menyendiri bu ?
K         : “Hhmm banyak ruginya”
P        : “Jadi banyak juga ruginya ya bu kalau kita hanya menyendiri. (menyimpulkan) Kalau begitu bagaimana jika kita latihan cara berkenalan dan bergaul dengan orang lain ?.”
K         : “Ya boleh(mengangguk-angguk)”
P          : “Apakah ibu sudah tau caranya berkenalan dengan orang ?
K         : “Ya Cuma sebutkan nama”
P         : “Iya sudah bentul bu salah satunya menyebutkan nama. Nah untuk berkenalan dengan orang lain caranya adalah yang pertama kita mengucapkan salam sambil berjabat tangan, terus bilang “perkenalkan nama lengkap, terus nama panggilan yang disukai. Saya contohkan dulu ya bu. “ selamat pagi, perkenalkan nama saya indah sari, senang dipanggil indah. Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya nama ibu siapa ? senangnya dipanggil apa? Begitu bu, apa ibu sudah paham ?” (menyediakan informasi)
K         : “Iya lumayan paham sus”
P       : “Bagaimana kalau kita bersama-sama mencoba mempraktekkan cara berkenalan bu (menawarkan kolaborasi), anggap saja saya belum kenal dengan ibu. coba ibu berkenalan dengan saya.”
K       : “Selamat pagi, perkenalkan saya fahrun ningsih senang dipanggil fahrun. Nama mbak siapa ? dan senangnya dipanggil apa ?”
P    : “Nama saya indah sari. Panggil saja saya indah. Waah hebat ternyata ibu bisa melakukannya dengan baik (memberikan penghargaan). setelah ibu berkenalan bisa dilanjutkan dengan mengobrol hal-hal yang menyenangkan misalnya tentang asal, hobi, keluarga, makanan dan lain-lain.”
D.      TAHAP TERMINASI
1.      Evaluasi subjektif
P          : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi ?” (pertanyaan terbuka)
K         : “Sudah lebih lega ners perasaanya, sudah merasa tidak kesepian lagi jika ada yang diajak ngobrol.”
2.      Evaluasi objektif
P          : “Coba ibu sebutkan kembali keuntungan jika ibu berinteraksi dengan orang lain.”
K    : “Ada teman untuk bercakap-cakap biar tidak sepi, Bisa saling menolong dan menghibur.”
P         : “Iya bagus bu. Sekarang cara berkenalan yang tadi diajarkan bisa ibu praktikkan lagi ?”
K        : “Selamat pagi, perkenalkan saya fahrun ningsih senang dipanggil fahrun. Nama mbak siapa ?.”
P          : “Nama saya indah. Ibu sudah paham betul ya. Bagus bu.”
3.        Rencana Tindak lanjut
P        : “Ibu dapat mencoba berkenalan dengan teman-teman ibu yang ada di ruangan ini. Nah bagaimana jika sekarang kita buat jadwal hariannya bu.”
K         : “Iya boleh”
P          : “Baiklah bu, ibu bisa tulis disini (mengarahkan buku catatan) ibu dapat mengisi di catatan jadwal harian ini ketika ibu berkenalan dengan orang lain. Jika ibu melakukanya secara mandiri maka ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga maka ibu tulis B, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. Seperti itu bu, apakah ibu paham ?.”
K         : “Iya paham ners. Kalau saya melakukan sendiri ditulis huruf m kan ?”
P          : “Iya betul sekali bu”

             4.    Kontrak yang akan datang
P          : “Tidak terasa kita berbincang-bincang sudah 20 menit ya bu, bagaimana jika besok saya kesini lagi bu untuk mengetahui perasaan ibu setelah mencoba berkenalan dengan orang lain dan melatih berinteraksi dengan banyak orang ?”
K         : “Iya ners boleh. Saya menjadi lebih baik jika sering dikunjungi oleh ners indah.”
P          : “Baiklah bu. Kira-kira besok bertemu jam berapa ya bu ?”
K         : “Mungkin jam 10an. Karena kalau pagi saya masih malas”
P          : “Untuk tempatnya sendiri ibu lebih suka kita berbincang-bincang dimana bu ?”
K         : “Di halaman depan saja, biar saya tidak bosan hanya dikamar terus”
P          : “Baik bu, besok kita bertemu lagi jam 10 dihalaman depan ya bu biar lebih segar karena anginnya sepoi-sepoi (senyum)”
P          : “Baiklah bu, kalau begitu berhubung pertemuan kali ini sudah selesai. Saya permisi dulu ya bu.”
K         : “Iya ners”